Mesjid ini disebut “mesjid biru” karena
kubah penutupnya berwarna biru. Bangunan ini berada di Istambul Turki
dan dibangun oleh Sultan Ahmed I pada tahun 1609 dan selesai pada 1612.
Sultan Ahmed membangun Masjid Biru untuk menandingi bangunan Hagia Sopia
buatan kaisar Bizantium yaitu Constantin I, Hagia Sopia berada satu
blok dari Masjid Biru. Hagia Sopia dulunya adalah Gereja Bizantium
sebelum jatuh ke daulah Turki Otoman pada tahun 1453 M . Masjid Biru
memiliki 6 menara, diameter kubah 23,5 meter dan tinggi kubah 43 meter,
kolom beton berdiameter 5 meter.
Masjid ini adalah satu dari dua buah
masjid di Turki yang mempunyai enam menara, yang satu lagi berada di
Adana. Kabarnya, akibat jumlah menara yang sama dengan Masjidil Haram di
Mekkah saat itu, Sultan Ahmad mendapat kritikan tajam sehingga akhirnya
beliau menyumbangkan biaya pembuatan menara ketujuh untuk Masjidil
Haram. Yang menarik, sebuah rantai besi yang berat dipasang di atas
pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu, hanya Sultan yang
boleh memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan rantai ini
dipasang agar Sultan menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar
tidak terantuk rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol
kerendahan hati penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.Selain pemandangan yang indah, Istanbul memang dipenuhi bangunan cantik bersejarah. Tidak jauh dari Masjid Biru, terdapat museum Aya Sofia. Selain terkenal dengan keindahan arsitekturnya, Aya Sofia sangat unik karena sejarahnya, yaitu pertama dibangun sebagai katedral [pada masa Konstantinopel], lalu diubah menjadi masjid selama 500 tahun dan sejak pemerintahan sekuler Republik Turki menjadi museum sampai saat ini. Belum lagi istana Topkapi yang menyimpan beberapa peninggalan Rasulullah.
Masjid Biru, hingga kini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang rindang. Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum memasuki bagian dalam kompleks masjid.
Untuk menghormati masjid, wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki ruang masjid. Wanita harus mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap mengingatkan di depan pintu masuk. Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim melakukan shalat sunah masjid. Sementara sebagian lain memandang masjid dari bagian shaf belakang. Sebab, bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang hendak bershalat.
Dari luar, tampaknya tak ada alasan
karya arsitek Mehmet Aga yang dibangun pada 1609-1616 ini disebut dengan
nama Masjid Biru. Barulah setelah kita masuk ke dalam, tampak bahwa
interior masjid ini dihiasi 20.000 keramik dari Iznik — kawasan Turki
yang terkenal menghasilkan keramik nomor wahid — berwarna biru, hijau,
ungu, dan putih.
Ornamen bunga-bungaan dan tanaman
bersulur itu tampak sangat indah memendarkan warna biru saat ditimpa
cahaya matahari yang masuk lewat jendela 260 kaca patri.
Terdapat pilar-pilar marmer dan lebih dari 200 jendela kaca patri dengan
berbagai desain yang memancarkan cahaya dari luar dengan dibantu
chandeliers. Dalam chandeliers diletakkan telur burung unta untuk
mencegah laba-laba membuat sarang di situ. Dekorasi lainnya adalah
kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid
Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik pada masa itu.
Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari
marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di
atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini
didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada
di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.